Kamis, 14 Juni 2012

METODE PENELITIAN KUALITATIF


Bab I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Gunung Kawi adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di dalam Gunung Kawi terdapat bermacam-macam “wahana” yang menarik. Maksud dari “wahana” di sini adalah tempat-tempat yang dianggap memiliki peranan penting bagi setiap orang yang mempercayainya. Tempat-tempat di dalam area Gunung Kawi dianggap dapat memberikan berkah tersendiri bagi setiap orang yang mempercayainya sehingga orang-orang yang mengunjungi tempat-tempat tersebut banyak yang melakukan ritual di sana. Tempat-tempat tersebut adalah Ciam Si, Kuil dewi Kuan Im, dan Makam Eyang Jugo dan Eyang Sujo. Di dalam tempat-tempat tersebut banyak yang melakukan ritual yang menyebabkan ritual tersebut menjadi kebiasaan tersendiri bagi para pengunjung Gunung Kawi. Ritual di sini bukan hanya ritual yang dilakukan oleh pengunjung yang saat sekarang, namun turun-temurun dari leluhur hingga sampai saat ini sehingga menjadi suatu budaya.
Budaya merupakan suatu warisan yang harus dilestarikan oleh siapa saja yang memiliki hubungan yang dekat dengan budaya yang akan dilestarikan tersebut. Di Gunung Kawi, banyak sekali orang-orang yang melakukan ritual di area Ciam Si, Kuil Dewi Kuan Im, dan di pesarean (Makam Eyang Jugo dan Eyang Sujo). Namun yang paling banyak pengunjungnya adalah Ciam Si dan Pesarean.
Pada saat malam jumat legi, Gunung kawi di datangi oleh banyak pengunjung dari berbagai daerah dan berbaga etnis. Pengunjung dari berbagai daerah bukan hanya dari Malang saja, namun juga dari Kediri, Kalimantan, dan lain-lain. Untuk etnis yang datang adalah etnis Tionghoa, etnis Madura, dan lain-lain. Dengan banyaknya pengunjung yang datang, semakin banyak motivasi dan alasan yang mendasar yang dimiliki oleh pengunjung-pengunjung tersebut untuk datang dalam area Gunung Kawi tersebut sehingga menarik untuk dikaji. Namun, hal ini erat kaitannya dengan budaya dari leluhur yang mendasar untuk datang dan melakukan serangkaian ritual yang berada di Gunung Kawi itu sendiri sehingga patut untuk dilestarikan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan observasi yang berkaitan dengan pelestarian budaya dari leluhur dengan melakukan serangkaian ritual yang berada dalam Gunung kawi tersebut sehingga cakupan tersebut sangat menarik untuk dikaji secara mendalam.

B.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara melestarikan budaya leluhur di Gunung Kawi?
2.      Apa alasan melestarikan budaya leluhur di Gunung kawi?

C.      Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui cara melestarikan budaya leluhur di Gunung Kawi
2.      Mengetahui alasan melestarikan budaya leluhur di Gunung Kawi.




BAB II
A.     Kajian Teori
Budaya
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurutSoerjanto Poespowardojo 1993). Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Selain itu, budaya di sini didefinisikan dengan suatu tradisi yang dilakukan secara turun-temurun oleh satu atau lebih orang guna tradisi tersebut tetap ada/eksis.
Melestarikan dan Pelestarian
Melestarikan adalah menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah atau membiarkan tetap seperti keadaan semula atau mempertahankan kelangsungan (hidup). Selain itu arti kata pelestarian adalah perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan. Selain itu pelestarian adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Motivasi
Kata motivasi berasal daripada perkataan Bahasa Inggris "Motivation". Perkataan asalnya ialah "Motive" yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada Motif, yakni bermaksud tujuan. Di dalam surat kabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif disini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu dilakukan.

Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama ada secara negatif atau positif. Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif.

Teori Motivasi Maslow
Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
·         Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
·         Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
·         KebutuhanSosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.

·         KebutuhanPenghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
·         Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya. Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.
Kerangka Pemikiran

Hasil penelitian
 
Analisis data
 
Rumusan masalah
 
Latar belakang
 
                                                                    
                                   




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

            Penilitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana peneliti menggunakan metode fenomenologi yang digunakan untuk menganalisis fenomena yang terjadi di Gunung Kawi. Fenomena tersebut adalah banyaknya pengunjung yang melakukan ritual di area pesarean dan Ciam Si. Selain itu, fenomenoologi juga digunakan untuk mengupas secara mendalam apa motivasi pengunjung untuk melakukan serangkaian ritual dalam rangka melestarikan kebudayaan di Gunung Kawi, baik itu ritual Ciam Si atau Ziarah makam Eyang Jugo dan Eyang Sujo.
Tempat dan Waktu Penelitian
            dalam penelitian ini, tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Gunung Kawi yang berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waktu yang digunakan sebagai waktu penelitian adalah hari Kamis (malam jumat legi), tanggal 24 April 2012 sehingga waktu ini sangat cocok untuk dilakukannya penelitian guna memperoleh banyaknya data.
Teknik Pengumpulan Data
            Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Observasi adalah dengan sengaja dan secara sistematis mengamati aktivitas perilaku orang lain sehingga mendapatkan data dari observasi tersebut. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh observee. Peneliti menggunakan teknik untuk mengetahui perilaku yang nampak dari observee sehingga peneliti dapat secara langsung merasakan apa saja yang dilakukan observee.
            Selain itu teknik pengumpulan data yang digunakan selain observasi adalah teknik pengumpulan data wawancara. Wawancara adalah metode yang mendasarkan diri pada laporan verbal dimana terdapat hubungan langsung antara interviewer dan interviewee. Maksud dari hubungan langsung disini adalah terjadinya proses tanya jawab antara interviwer dan interviewee guna mendapatkan data yang lebih spesifik dari interviewee.
            Dengan observasi dan wawancara, peneliti mendapatkan data langsung dari subjek. Di sini peneliti mengobservasi dan mewawancarai bagaimana subjek tersebut melestarikan kebudayaan yang diturunkan oleh leluhurnya. Sehingga di sini peneliti mendapatkan data yang kaya.
Teknik Analisis Data
            Peneliti disini menggunakan teknik analisis data coding, yaitu seluruh data yang didapatkan saat penelitian baik itu dari observasi atau dari wawancara, di masukkan ke dalam 3 coding, yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Coding-coding tersebut merupakan teknik yang digunakan untuk mempermudah peneliti dalam membuat analisis data. Dengan cara mengurai data menjadi bagian-bagian sehingga data tersebut menjadi lebih mudah diurai.
Karakteristik Subjek
Subjek yang diteliti adalah seorang laki-laki yang memiliki keturunan jawa dan Tionghoa yang berasal dari kota Kediri dan sedang duduk santai melihat dan mendengar pengamen bernyanyi karena telah melakukan serangkaian ritual Ciam Si dan ritual di pesarean. peneliti memilih subjek ini karena subjek sendiri sangat santai dan terlihat ingin berbagi cerita tentang dirinya.



 
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisis Coding
a.      Open Coding
Ada tiga macam bentuk open coding dalam penelitian ini, yaitu :
·         Kategori
Kategori yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah melakukan serangkaian ritual yang berada di Ciam Si dan di area pesarean.
·         Property
Dalam melakukan serangkaian ritual yang berada di Ciam Si dan di area pesarean, property yang digunakan yaitu :
1.      Ciam Si : kumpulan bambu (bentuknya seperti sumpit) dan kertas ramalan.
2.      Pesarean : bunga, daun pisang, sesajen, dan tikar.
·         Dimensi
Dalam melakukan serangkaian ritual yang berada di Ciamsi dan di area pesarean di Gunung Kawi, dimensinya adalah ada sersangkaian ritual di tempat tersebut yang dilaksanakan dari malam sampai pagi.
b.      Axial Coding
            Axial coding merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara kategori-kategori yang dihasilkan oleh open coding. Dalam axial coding terdapat enam prosedur, yaitu :
1.      Causal conditions (kondisi yang menjadi penyebab)
Dalam penelitian ini kondisi yang menjadi penyebab subjek melakukan serangkaian ritual adalah kepercayaan subjek agar keinginan subjek terkabul. Selain itu, penyebabnya adalah motivasi dan keinginan subjek untuk melestarikan budaya/tradisi dari leluhurnya.

2.      Central Phenomenon
Central phenomenon yang terjadi saat peneliti melakukan penelitian adalah banyak orang pengunjung yang melakukan serangkaian ritual di Gunung Kawi (Ciam Si dan tirakat di pesarean)
3.      Consequences
Konsekuensi yang terjadi setelah pengunjung melakukan serangkaian ritual di area gunung Kawi (Ciam Si dan Pesarean) adalah keinginan yang diinginkan terkabul, selain itu, tradisi/budaya dari leluhur yang diwariskan tetap ada dan eksis.
4.      Strategies
Strategi yang dilakukan oleh pengunjung dalam menerapkan serangkaian ritual baik itu Ciam Si atau tirakat di Pesarean bahwa setiap malam Jumat legi selalu pergi ke Gunung Kawi untuk melakukan serangkaian ritual tersebut dan mengikuti serangkaian ritual itu sendiri di area Gunung Kawi (Ciam Si dan tirakat di Pesarean). untuk yang di pesarean adalah mengitari pesarean dalam jumlah yang ganjil dan nyekar ke makam Eyang Jugo dan eyang Sujo.
5.      Context
Context di sini adalah suatu situasi yang mempengaruhi terjadinya aksi. Situasi yang mempengaruhi aksi di sini adalah karena tidak ingin menghilangkan kebudayaan atau tradisi yang diwarisi oleh leluhurnya agar tetap ada dan eksis. Selain itu agar ketidakmampuan atau kesulitan hidup dapat menjadi lebih ringan juga menjadi suatu hal yang mempengaruhi aksi yang dilakukan oleh ppengunjung.
6.       Intervening conditions
Dalam intervening conditions adalah adanya faktor yang menghambat atau faktor yang mempermudah terjadinya suatu kejadian atau aksi atau perilaku dari pengunjung. Di dalam intervening conditions ini peneliti hanya menemukan hal yang mempermudah terjadinya suatu kejadian dan aksi. Di sini hal yang mempermudah adalah tersedianya property yang digunakan untuk serangkaian ritual yang ada di Gunung Kawi, yaitu tersedianya sesajen. Selain itu adanya keinginan dan motivasi sangat mempermudah pengunjung dalam melakukan serangkaian ritual tersebut.
c.       Selective Coding
Selective coding merupakan suatu gabungan dari coding-coding (open coding dan axial coding) sebelumnya yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu paragraf yang berbentuk narative. Berikut adalah selective coding dari penelitiian ini.
            Di Gunung kawi, banyak sekali orang-orang (pengunjung) yang melakukan tirakat di pesarean. setelah peneliti mengobservasi dan mewawancarai seorang narasumber (subjek), peneliti mendapatkan fakta bahwa itu adalah sebuah kepercayaan agar keinginannya terkabul dan untuk meneruskan tradisi nenek moyang (leluhurnya). Penyebab terjadinya semua itu adalah subjek tidak menginginkan apabila budaya tersebut hilang dan agar tetap eksis untuk melestarkannya dan karena itu semua terdapat faktor ketidakmampuan atau kesulitan hidup.
            Setelah itu, ternyata hal tersebut dilakukan agar tradisi dan budaya tetap ada (eksis) sehingga keinginannya juga terkabul. Subjek memiliki strategi yaitu setiap malam Jumat legi pergi ke Gunung Kawi dan melakukan serangkaian ritual dan tirakat yang ada. Hal tersebut terjadi karena keinginan yang kuat atau karena motivasi yang kuat dan ketersediaan property untuk serangkaian, seperti tersedianya sesajen.
Pembahasan Masalah
            Pada bagian ini adalah pembahasan yang ditujukan untuk menjawab seluruh rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti.
1.      Bagaimana cara melestarikan budaya leluhur di Gunung Kawi?
Kita mengetahui bahwa Gunung Kawi adalah tempat yang digunakan para pengunjung untuk melaksanakan serangkaian ritual. Dalam hal ini, serangkaian ritual yang dimaksud adalah ritual Ciam Si dan ritual tirakat di area pesarean. mengingat bahwa subjek sangat termotivasi untuk melestarikan budaya yang dibawa oleh leluhur, subjek sangat kidmad dalam mengikuti seluruh serangkaian ritual yang disajikan di Gunung Kawi tersebut. Subjek mengatakan bahwa cara yang dilakukan agar budaya tersebut tetap ada adalah dengan cara mengikuti seluruh serangkaian ritual yang ada di Gunung kawi (Ciam si dan tirakat di Pesarean) dengan kidmad dan datang ke Gunung Kawi setiap malam jumat legi.
Apabila dikaitkan dengan teori motivasi kebutuhan Maslow, bahwa manusia akan mencapai tingkat aktualisasi diri apabila manusia tersebut telah mendapatkan kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. Di sini aktualisasi diri adalah budaya yang lestari atau tetap ada dan eksis. Sehingga subjek harus melakukan serangkaian ritual guna mencapai aktualisasi diri tersebut. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan fisiologis, dimana subjek harus memenuhi kebutuhannya tersebut untuk memiliki energi agar bisa sampai ke Gunung Kawi dan mengikuti serangkaian ritual, seperti sandang dan pangan. Lalu kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan akan rasa aman, dimana subjek harus memiliki tekad yang kuat dan berani mengambil resiko atas apa yang dia ambil. Subjek di sini harus meyakinkan diri agar ia dapat merasa aman apabila melakukan serangkaian ritual tersebut. Kemudian yang ketiga adalah kebutuhan sosial dimana dalam kebutuhan sosial ini subjek memiliki ikatan khusus dengan orang-orang yang ada disekitarnya sehingga ia dapat melakukan serangkaian ritual tersebut. Lalu yang keempat adalah kebutuhan penghargaan, dimana dalam kebutuhan ini subjek mendapatkan penghargaan atau amanah yang harus dijalankan untuk melestarikan budaya tersebut. Dan yang terakhir adalah aktualisasi diri, dimana subjek telah menjadi kesatuan yang utuh yang telah dapat melestarikan kebudayaan tersebut.
2.      Apa alasan melestarikan budaya leluhur di Gunung kawi?
Alasan yang mendasar bagi subjek untuk melestarikan kebudayaan tersebut adalah agar kebudayaan leluhur tersebut tetap ada dan diwariskan turun-temurun. Hal itu dapat dijelaskan bahwa subjek memandang bahwa kebudayaan tersebut wajib dilestarikan karena apabila tidak dilestarikan, leluhurnya akan merasa sedih mengapa yang diwarisi tidak menghargai apa yang telah diwarisi tersebut. Disini subjek mengibaratkan, “apabila kalian memiliki agama (Islam), pasti kalian ingin anak serta keturunan-keturunan kalian juga beragama Islam. Bayangkan apabila keturunan kalian ada yang berbeda agama dengan kalian, bagaimana perasaan kalian?” itulah alasan singkat namun bermakna subjek bagi kita semua.


BAB V
Kesimpulan
            Gunung kawi adalah tempat di mana pengunjung sering melakukan berbagai ritual yang ada di sana. Di dalam Gunung Kawi terdapat bermacam-macam “wahana” yang menarik. Maksud dari “wahana” di sini adalah tempat-tempat yang dianggap memiliki peranan penting bagi setiap orang yang mempercayainya. Tempat-tempat di dalam area Gunung Kawi dianggap dapat memberikan berkah tersendiri bagi setiap orang yang mempercayainya sehingga orang-orang yang mengunjungi tempat-tempat tersebut banyak yang melakukan ritual di sana.
            Di antara sekian banyak orang, salah satu subjek menyatakan bahwa budaya ini harus tetap dilestarikan dengan cara melakukan serangkaian ritual yang ada di Gunung kawi dan pergi ke sana saat malam Jumat legi. Motivasii itu adalah motivasi yang ditunjukkan oleh subjek agar subje dapat beraktualisasi dengan kepuasannya melestarikan budaya dari leluhurnya tersebut. Hal ini dapat di lihat dalam teori motivasi kebutuhan Maslow bahwa subjek daat beraktualisasi apabila telah mendapatkan kebutuhan lainnya seperti fisiologis, rasa aman, sosial, dan penghargaan.
            Selain itu alasan yang mendasar bagi subjek untuk melestarikan kebudayaan tersebut adalah kesedihan leluhur apabila subjek tidak melestarikan kebudayaan tersebut. Di sini subjek mengibaratkannya apabila kita yang merasakan apabila kita yang memiliki kebudayaan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar